SEJARAH PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

 

Sejarah Pertanian dan Pembangunan Pertanian

Oleh : Nurul Hayati

 

Sejarah pertanian adalah bagian dari sejarah kebudayaan manusia. Pertanian muncul ketika suatu masyarakat mampu untuk menjaga ketersediaan barang bagi dirinya sendiri dan suatu kelompok orang yang memaksa mereka untuk menetap. Dengan demikian mendorong munculnya peradaban.

Sebagai dari bagian kebudayaan manusia, pertanian telah membawa revolusi yang besar. Revolusi tersebut bersifat fundamental yang kemudian dapat dikatakan bahwa revolusi pertanian adalah revolusi kebudayaan pertama yang dialami manusia.

 

Sejarah pertanian sendiri dimulai saat nenek moyang turun dari pepohonan dan mulai hidup berburu serta nomaden. Yang memiliki ciri-ciri yaitu:

1.      Alam masih mendukung populasi manusia, artinya kerusakan lebih kecil dari pada pemulihan.

2.      Keluarga kecil.

3.      Ada pengendalian populasi, melalui membunuh bayi, aborsi, dan kontrasepsi primitif.

Diketahui bahwa pemukiman permanen pertama adalah gua, yang merupakan petunjuk awal dari perkembangan pertanian, sosial, komunikasi (bahasa), budaya, dan hukum. Beberapa teori dan hipotesis mengemuka mengenai bagaimana manusia berpindah dari budaya berburu ke budaya bercocok tanam secara menetap. Sebagai berukut:

a.       Hipotesis Oasis dikemukakan oleh Raphael Pumpelly pada tahun 1908 dan dipopulerkan oleh Vere Gordon Childe yang merangkum hipotesis tersebut ke dalam buku Man Makes Himself. Hipotesis ini menyatakan bahwa ketika iklim menjadi lebih kering, komunitas populasi manusia mengerucut ke oasis dan sumber air lainnya bersama dengan hewan lain. Domestikasi hewan berlangsung bersamaan dengan penanaman benih tanaman.

b.      Hipotesis Lereng Berbukit (Hilly Flanks) dikemukakan oleh Robert Braidwood pada tahun 1948 yang memperkirakan bahwa pertanian dimulai di lereng berbukit pegunungan Taurus dan Zagros, yang berkembang dari aktivitas pengumpulan biji-bijian di kawasan tersebut.

c.       Hipotesis Perjamuan dikemukakan oleh Brian Hayden yang memperkirakan bahwa pertanian digerakkan oleh keinginan untuk berkuasa dan dibutuhkan sebuah perjamuan besar untuk menarik perhatian dan rasa hormat dari komunitas. Hal ini membutuhkan sejumlah besar makanan.

d.      Teori Demografik diusulkan oleh Carl Sauer pada tahun 1952, yang diadaptasikan oleh Lewis Binford dan Kent Flannery. Mereka menjelaskan bahwa peningkatan populasi akan semakin mendekati kapasitas penyediaan oleh lingkungan sehingga akan membutuhkan makanan lebih banyak dari yang bisa dikumpulkan. Berbagai faktor sosial dan ekonomi juga mendorong keinginan untuk mendapatkan makanan lebih banyak.

e.       Hipotesis Evolusioner oleh David Rindos mengusulkan bahwa pertanian merupakan adaptasi evolusi bersama antara tumbuhan dan manusia. Diawali dengan perlindungan terhadap spesies liar, manusia lalu menginovasikan praktik budi daya berdasarkan lokasi sehingga domestikasi terjadi.

Selain teori dan hipotesis di atas perpindahan budaya tersebut juga memiliki ciri-ciri, yaitu :

1.      Ekstensifikasi pertanian,

2.      Hewan dijinakkan dan diternakkan,

3.      Tenaga kerja manusia berharga.

 

Kita dapat memahami perbedaan masyarakat nomaden waktu untuk mereka mencari makan sekitar 15 jam per minggu dengan cara kehidupan yang lebih efisien daripada masyarakat modern yang waktu untuk bekerja yaitu 60 jam per minggu dan waktu untuk mencari makan hingga 42 jam per minggu. Cara hidupnya ini kurang efisien karena lebih mementingkan kebutuhan hidup.

Sistem pertanian dimulai pada zaman Mesopotamia (Mesir Kuno) yang merupakan awal perkembangan kebudayaan yang turut menentukan sistem pertanian kuno. Perekonomian kota yang pertama berkembang di sana dilandaskan pada teknologi pertanian yang berkiblat pada kuil-kuil, imam, lumbung, dan juru tulis - juru tulis. Tulang punggung pertanian terdiri dari tanaman-tanaman yang sekarang masih penting untuk persediaan pangan dunia yaitu gandum dan barlai , kurma dan ara, zaitun dan anggur. Kebudayaan ini mengembangkan pertanian yang kompleks dan terintegrasi. Pada tahun 700 SM sudah dikenal 900 tanaman dan pada 4.000 tahun lalu saluran irigasi dari bata dengan sambungan beraspal membantu areal seluas 10.000 mil persegi (100 km2), ditanami secara menetap untuk memberi pangan 15 juta jiwa.

Pada zaman Yunani berkembanglah Ilmu Botani, dimana Theoropratus (murid Aristoteles) menulis dua buah buku terkenal, yaitu : History of Plants dan Causes of Plants. Buku tersebut memuat tulisan tentang:

1.       Morfologi tanaman,

2.       Klasifikasi tanaman,

3.       Pembiakan tanaman (biji dan vegetatif),

4.       Geografi tumbuhan,

5.       Kehutanan,

6.       Horikultur,

7.       Farmakologi,

8.       Hama dan Bau serta rasa tanaman,

9.       Beda Angiospermae dan Gymnospermae,

10.   Beda Monokotil dan dikotil,

11.   Pembentukan lingkaran tahun, dan cara menyadap damar (resin).

Pada zaman Romawi kekaisaran membangun berlandaskan sumberdaya alam yang kokoh. Kebalikan dari bangsa Yunani, bangsa Romawi sangat tertarik pada aspek praktis dari pertanian yang merupakan bagian penting dari ekonomi dan urusan yang sungguh-sungguh. Sumber penghasilan utama dari Romawi adalah pajak tanah. Perundang-undangannya yang paling penting berurusan dengan rencana agrarian. Kekayaan besar diinvestasikan pada lahan pertanian. Romawi tumbuh ke kejayaan pada landasan teknologi pertanian yang sehat dan berfungsi.

Dengan runtuhnya Romawi dan Negara Barat, kemajuan teknologi beralih ke Timur Tengah. Setelah tahun 700 M, kebudayaan Islam yang menyumbang hasil-hasil kebudayaannya kepada dunia yaitu hasil-hasil teknologi dan ilmu pengetahuannya yang jauh lebih rasional dan ilmiah dibandingkan dengan kebudayaan-kebudayaan sebelumnya.

Berbicara tentang perkembangan dan pembangunan pertanian kita dapat melihat contoh nyata yang ada dinegara Indonesia yaitu pada pengembangan lahan gambut di Kalimantan Selatan yang mengalami kegagalan yang berdampak ekologis karena :

1.      Penebangan kayu untuk membuka lahan

2.      Pembukaan lahan

3.      Pembuatan saluran air

4.      Pencetakan sawah dan ladang

Di Indonesia sendiri ada beberapa sistem pertanian. Yaitu sebagai berikut :

1.      Sistem ladang, merupakan sistem pertanian yang paling primitif juga sistem peralihan dari tahap budaya pengumpul ke tahap budaya penanam. Pengolahan tanahnya pun masih sangat minimun yang hanya mengandalkan ketersediaan lapisan humus. Umumnya tanaman pangannya seperti; padi darat, jagung, atau umbi-umbian

2.      Sistem sawah, merupakan Teknik budidaya yang tinggi terutama dalam pengolahan tanah dan air, dengan begitu stabilitas biologi dan kesuburan tanah dapat dipertahankan. Sistem pertanian ini memiliki pengairan dan drainase yang baik. Umumnya tanaman pangan nya seperti padi, maupun palawija.

3.      Sistem perkebunan, baik rakyat maupu perkebunan besar berkembang karena kebutuhan tanaman ekspor. Dimulai dari bahan-bahan seperti karet, kopi, teh, cokelat berkembang dengan manajemen industri pertanian hingga sekarang.

Pertanian juga mengalami perkembangan menjadi pertanian berkelanjutan seperti pada sektor lainnya. Apa itu pertanian berkelanjutan?. Yaitu definisi komprehensif bagi pertanian berkelanjutan meliputi komponen fisik, biologi dan sosio-ekonomi, yang direpresentasikan dengan sistem pertanian yang melaksanakan pengurangan input bahan-bahan kimia dibandingkan pada sistem pertanian tradisional, erosi tanah dan gulma terkendali, memiliki efisiensi kegiatan pertanian (on-farm) dan bahan-bahan input maksimum, pemeliharaan kesuburan tanah dengan menambahkan nutrisi tanaman, dan penggunaan dasar-dasar biologi pada pelaksanaan pertanian.

Alternatif yang digunakan dalam pertanian berkelanjutan yang pertama adalah pertanian organik yang merupakan kegiatan budidaya secara menyeluruh dari proses produksi sampai pengolahan hasil yang bersifat ramah lingkungan dan dikelola secara alami (tanpa bahan kimia sintetis dan rekayasa genetika), sehingga menghasilkan produk yang sehat dan bergizi. Yang kedua adalah agroforestry yaitu suatu sistem pengelolaan lahan dengan berasaskan kelestarian, yang meningkatkan hasil lahan secara keseluruhan, mengkombinasikan produksi tanamaan (termasuk tanaman pohon-pohonan) dan tanaman hutan dan atau hewan secara bersamaan atau berurutan pada unit lahan yang sama, dan menerapkan cara-cara pengelolaan yang sesuai dengan kebudayaan penduduk setempat. Agroforestry meliputi agrisilvikulture, silvofishery, agropastura, silvopastura, karet-padi, karet-nanas.

 

Dari semua sejarah pertanian yang ada maka kita dapat memahami bahwa perkembangannya didasarkan pada keinginan untuk mendapatkan makanan yang lebih banyak karena faktor ketersediaanya sumber daya alam dan alasan pemenuhan kebutuhan pangan serta keterpaksaan manusia yang akan tercipta perbedaan. Alasan-alasan itu akhirnya terjadilah perkembangan pada sektor pertanian berupa system pertanian yang berbeda tiap zaman dimulai dari zaman Mesopotamia hingga sekarang dan tiap negara juga akan menghasilkan produk yang berbeda sesua dengan perkembangan system pertaniannya.

Hasil pertanian yang melimpah dari alam dapat kita manfaatkan dengan baik guna memenuhi kebutuhan pangan maupun sosial ekonomi. Namun selain memanfaatkannya untuk pemenuhan itu kita juga harus memikirkan cara pengelolaan pertanian yang baik agar lingkungan dan tanah serta pada sektor lainnya tidak terdampak dalam artian kurang baik (negatif).

 

Daftar Pustaka

Naufal Fuadi 2018. Sejarah pertanian - Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sejarah_pertanian    (11 November 2021).

Rangga Pamestu Yudaprista 2019. Mengenal bermacam sistem pertanian di Indonesia. http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/87017/Mengenal-Bermacam-Sistem-Pertanian-Di-Indonesia/   (11 November 2021).

Power point sejarah dan tantangan pembangunan pertanian.pdf

 

 My instagram account https://www.instagram.com/p/CVkGT3mPxN5/?utm_source=ig_web_copy_link

Komentar